Rabu, 06 Januari 2010

Ambilah Perasaanku

Suatu hari aku bilang pada Ibuku: “ibu aku jatuh cinta”. Aku menceritakan bagaimana aku bisa jatuh hati pada seseorang itu. Ibuku mendengarkanku sambil senyam-senyum di sore itu. Aku membisikkan nama lengkap seseorang itu ditelinga ibuku. Aku ingin beliau hafal nama orang itu supaya membawa nama orang itu di dalam doa malamnya. Ibuku hanya senyam-senyum geli dengan bisikanku.
‘tapi percuma saja kamu suka, kalau dia tidak menyukaimu bagaimana??” tanya ibuku menggodaku. “peduli amat dia suka atau tidak suka, peduli amat dia tahu atau tidak tahu, yang penting aku suka dia” begitu jawabku dengan bangga. karena keinginanku kuat, ibuku menyerahkan keputusannya padaku. Aku senang dan menikmati perasaan jatuh cinta itu. aku menyukai perasaan ini. sangat suka sekali^_^
Kini berbeda. Aku ketakutan dengan perasaan yang kumiliki. Setiap hal, setiap saat, setiap keadaan yang kualami di otakku selalu ada orang itu. Tenaga, waktu, perasaan, dan energi tercurah pada orang itu. Bahkan orang ini selalu tetancap di otakku, sementara Tuhan menjadi terabaikan.
“ambilah perasaanku malam ini jika menggangu hubunganku denganMu ya Tuhan”,renggekku pada Tuhan.
Aku memejamkan mata malam itu. Semoga saja besok pagi saat aku bangun, aku tidak ingat kalau aku sedang jatuh cinta.
Ibuku pasti sedih mendengar kabarku ini.

Siraman,29 Juli

01.19 WIB

0 komentar:

 
Powered by Blogger