Minggu, 10 Mei 2009

Berbicara dengan Patung Doraemon

Sewaktu aku masih kecil, aku senang sekali bermain di sebuah taman. Tiap sore orang-orang bermain di tempat itu. Tua, muda, anak-anak, bahkan para remaja yang berpacaran juga berada di taman itu. Taman yang terletak di jantung kota itu menjadi tempat favorit banyak warga masyarakat kota.

Ibuku baru mengijinkanku main di taman itu kalau aku sudah mandi dan berjanji mau makan lebih lahap nanti. Saking girangnya, aku berani berjanji untuk makan dua kali lebih banyak dari pada biasanya. Kesepakatan yang hebat, Ibuku suka aku makan banyak, dan aku untung berkunjung ke taman itu.

Di taman itu ada tempat favorit yang kupilih sejak masih di rumah. Akan kuceritakan tempat itu padamu. Letaknya di ujung taman sisi paling utara. Ada sebuah patung bagus. Kamu pasti suka. Dia patung Doraemon. Setiap kali aku kesana aku memandanginya dan mengelus-elus perut ajaibnya.

" Doraemon…" kataku pelan. Dia tidak berbicara
" Doraemon aku punya koin, apa kau bisa mengubahnya menjadi donat?" tanyaku
" Doraemon ..aku ingin bersahabat dengamu" pintaku

Aku memandanginya dan melihat matanya beberapa saat. Dia tetap diam. 10 menit. 20 menit. Aku menunggunya, tetap saja dia tidak berbicara apa-apa. Mataku mulai berkaca-kaca dan akhirnya aku menangis dengan menepuk-nepuk kakinya.

" Ibu, aku hanya ingin bersahabat denganya!" tangisku merengek. Aku ingin dia berbicara. Ibuku menolongku, dan mengajakku duduk manis di bawah patung itu. Katanya aku harus menepati janji ku biar aku bisa bersahabat dengannya. Aku harus makan dua kali lebih banyak. Padahal aku paling tidak suka makan wortel. Setiap kali suapan yang diberikan Ibu, aku memejamkan mata sambil menangis. Sayur wortel sangat tidak enak, tapi aku harus menghabiskan semuanya. Sangat menyiksa. Tapi kupikir tidak apa-apa asal Doraemon itu mau bersahabat denganku.

Seperti anak kecil yang berharap pada patung Doraemon itu menjadi sahabatnya,
begitulah ketika kita berharap kepada seseorang tetapi dia tidak berbicara apapun pada kita.
Kamu harus siap menaggung resikonya, bahkan jika harus makan dengan sayur wortel yang tidak kamu suka. Ada luka yang harus dibayar.

" Doraemon, semoga suatu saat kamu mau bersahabat denganku" ucap anak itu tersenyum sambil lari meninggalkan taman. Anak itu menuju arah Ibunya. Ibunya menyambut dengan pelukan dan menggendongnya dengan hangat.

0 komentar:

 
Powered by Blogger